.. SANG JAWARA ..

Minggu, 19 Desember 2010

Klasifikasi Anak Tuna Laras


Secara garis besar anak tuna laras dapat diklasifikasikan menjadi anak yang mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan anak yang mengalami gangguan emosi. Sehubungan dengan itu, William M.C (1975) mengemukakan kedua klasifikasi tersebut antara lain sebagai berikut:
1. anak yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial:
a. The Semi-socialize child, anak yang termasuk dalam kelompok ini dapat mengadakan hubungan sosial tetapi terbatas pada lingkungan tertentu. Misalnya: keluarga dan kelompoknya. Keadaan seperti ini datang dari lingkungan yang menganut norma-norma tersendiri, yang mana norma tersebut bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian anak selalu merasakan ada suatu masalah dengan lingkungan di luar kelompoknya.
b. Children arrested at a primitive level of socialization, anak pada kelompok ini dalam perkembangan sosialnya, berhenti pada level atau tingkatan yang rendah. Mereka adalah anak yang tidak pernah mendapat bimbingan kearah sikap sosial yang benar dan terlantar dari pendidikan, sehingga ia melakukan apa saja yang dikehendakinya. Hal ini disebabkan karena tidak adanya perhatian dari orang tua yang mengakibatkan perilaku anak di kelompok ini cenderung dikuasai oleh dorongan nafsu saja. Meskipun demikian mereka masih dapat memberikan respon pada perlakuan yang ramah.
c. Children with minimum socialization capacity, anak kelompok ini tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk belajar sikap-sikap sosial. Ini disebabkan oleh pembawaan/kelainan atau anak tidak pernah mengenal hubungan kasih sayang sehingga anak pada golongan ini banyak bersikap apatis dan egois.
2. Anak yang mengalami gangguan emosi, terdiri dari:
a. neurotic behavior, anak pada kelompok ini masih bisa bergaul dengan orang lain akan tetapi mereka mempunyai masalah pribadi yang tidak mampu diselesaikannya. Mereka sering dan mudah dihinggapi perasaan sakit hati, perasaan cemas, marah, agresif dan perasaan bersalah. Disamping juga kadang mereka melakukan tindakan lain seperti mencuri dan bermusuhan. Anak seperti ini biasanya dapat dibantu dengan terapi seorang konselor. Keadaan neurotik ini biasanya disebabkan oleh sikap keluarga yang menolak atau sebaliknya, terlalu memanjakan anak serta pengaruh pendidikan yaitu karena kesalahan pengajaran atau juga adanya kesulitan belajar yang berat.
b. children with psychotic processes, anak pada kelompok ini mengalami gangguan yang paling berat sehingga memerlukan penanganan yang lebih khusus. Mereka sudah menyimpang dari kehidupan yang nyata, sudah tidak memiliki kesadaran diri serta tidak memiliki identitas diri. Adanya ketidaksadaran ini disebabkan oleh gangguan pada sistem syaraf sebagai akibat dari keracunan, misalnya minuman keras dan obat-obatan

nice to meet you

Saat bertemu teman yang dapat dipercaya, rukunlah bersamanya.
Karena seumur hidup manusia, teman sejati (sahabat) tak mudah ditemukan.

Saat bertemu penolongmu,
Ingat untuk berterima kasih padanya.
Karena ialah yang membantu mengubah hidupmu

Saat bertemu orang yang pernah kau cintai,
Tersenyumlah dengan wajar .
Karena ia lah orang yang membuatmu lebih mengerti tentang cinta

Saat bertemu orang yang pernah kau benci,
Sapalah dengan tersenyum.
Karena ia membuatmu semakin teguh / kuat.

Saat bertemu orang yang pernah mengkhianatimu, Baik-baiklah berbincanglah dengannya.
Karena jika bukan karena dia, hari ini engkau tak memahami dunia ini.

Saat bertemu orang yang tergesa-gesa meninggalkanmu,
Berterima-kasihlah bahwa ia pernah ada dalam hidupmu.
Karena ia adalah bagian dari nostalgiamu

Saat bertemu orang yang pernah salah-paham padamu,
Gunakan saat tersebut untuk menjelaskannaya.
Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan

Dan Saat engkau bertemu seseorang yang saat ini menemanimu seumur hidup (suami / istri) kita,
Berterima-kasihlah sepenuhnya bahwa ia mencintaimu.
Karena saat ini kalian mendapatkan kebahagiaan dan cinta sejati yang kau cari.

-KATA MUTIARA-

Real power does not hit hard , but straight to the point.
Kekuatan yang sesungguhnya tidak memukul dengan keras , tetapi tepat sasaran


Only the man who is in the truth is a free man.
Hanya orang yang berada dalam kebenaranlah orang yang bebas. 


Good manners consist of small sacrifices.
Sopan – santun yang baik yang terdiri dari pengorbanan –pengorbanan kecil.

Minggu, 05 Desember 2010

Bagaimana Perkembangan “TUNA DAKSA” .. .. ??


1.    Perkembang Fisik Anak “TUNA DAKSA” :
Tidak utuhnya potensi dalam diri anak “TUNA DAKSA” karena ada bagian tubuh yang tidak sempurna, maka untuk mengaktualisasikan dirinya secara utuh mereka biasanya mengkompensasikan dengan bagian tubuhnya yang lain.
Contoh :  bila ada kerusakan pada tangan kanan, maka tangan kiri akan lebih berkembang untuk mengkompensasikan kekurangan yang dialami tangan kanan.
Jadiiii ,, secara umum perkembangan fisik anak “TUNA DAKSA” dapat dikatakan hampir sama dengan anak normal kecuali bagian tubuh yang mengalami kerusakan atau bagian tubuh lain yang terpengaruh oleh kerusakan tersebut.

2.    Perkembangan Kognitif Anak “TUNA DAKSA” :
Menurut Piaget, anak “TUNA DAKSA” tidak mampu memperoleh skema baru dalam beradaptasi dengan suatu laju perkembangan anak normal. Keterlambatan ini diawali dengan hambatan dalam fungsi motorik sederhana yang akan berpengaruh terhadap kegiatan eksplorasi lingkungan anak secara wajar. Semakin besar hambatan yang dialami anak dalam berasimilasi dan berkomunikasi dengan lingkungannya, maka anak akan mengalami hambatan yang lebih besar pula dalam perkembangan kognitifnya. Dengan demikian akan menghambat anak dalam melaksanakan adaptasi.
Keadaann Intelegensi Anak “TUNA DAKSA” menurut Lee (1931) :
1)    IQ mereka berkisar (range) antara 35-138
2)    Rata-rata (mean) mereka IQ 57
3)    a. Anak polio rata-rata IQ 92
b. Anak yang TBC tulang rata-rata IQ 88
c. Anak yang cacat kongenital rata-rata IQ 61
d. Anak yang spastis rata-rata IQ 69
e. Anak cacat pada pusat syaraf rata-rata IQ 74

3.    Perkembangan Emosi  Anak “TUNA DAKSA” :
Anak “TUNA DAKSA” sejak kecil mengalami perkembangan emosi secara bertahap. Sedangkan, bagi anak yang menderita “TUNA DAKSA” saat dewasa sungguh ini merupakan suatu hal yang mendadak sehingga keadaannya dianggap sebagai suatu kemunduran dan sulit untuk diterima oleh anak yang bersangkutan. Sehingga, dukungan orang tua dan orang terdekat merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan anak “TUNA DAKSA”.

Dikutip oleh : Hervita Windyasari (01/Des/10) dari Buku 
“PSIKOLOGI ANAK LUAR BIASA”
Disusun oleh : Dra. H. T. Sutjihati Somantri, PsyCH.

Mengapa “TUNA DAKSA” dapat terjadi .. .. ??

Mengapa “TUNA DAKSA” dapat terjadi .. .. ??
1.    Sebab yang timbul sebelum kelahiran :
Ø    Faktor keturunan,
Ø    Trauma dan infeksi saat kehamilan,
Ø    Usia ibu yang sudah lanjut padaa saat melahirkan,
Ø    Pendarahan pada saat melahirkan,
Ø    Keguguran yang dialami ibu.
2.    Sebab yang timbul pada saat kelahiran :
Ø    Penggunaan alat bantu kelahiran (tang, tabung, vacum, dll),
Ø    Penggunaan obat bius pada saat melahirkan.
3.    Sebab yang timbul sesudah kelahiran :
Ø    Infeksi,
Ø    Trauma,
Ø    Tumor, dll.

Apa itu “TUNA DAKSA” .. .. ??

TUNA DAKSA” adalah suatu keadaan yang menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang, otot, atau sendi sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri. Kondisi ini dapat disebabkan karena pembawaan sejak lahir, penyakit atau kecelakaan. Soo ,, penderita “TUNA DAKSA” sama sekali tidak bisa menggerakkan bagian tubuhnya yang mengalami gangguan atau kerusakan.
Klasifikasi “TUNA DAKSA” menurut ( Frances G. Koenig ) :
1. Kerusakan yang dibawa sejak lahir atau merupakan faktor keturunan :
    a. Club-foot (kaki seperti tongkat) ,, Club-hand (tangan seperti tongkat)
    b. Polydactylism (jari yang lebih dari 5 pada tangan atau kaki)
    c. Syndactylism (jari yang berselaput atau menempel dengan jari yang lain)
    d. Torticollis (gangguan pada leher sehingga kepala terkulai ke muka)
    e. Congenital amputation (bayi yang dilahirkan tanpa anggota tubuh tertentu)

2. Kerusakan pada waktu kelahiran :
    a. Erb’s palsy (kerusakan syaraf lengan akibat tertekan saat melahirkan)
    b. Fragilitas osium (tulang yang rapuh dan mudah patah)

3. Infeksi
    a. Tuberkulosis tulang (menyerang sendi paha sehingga menjadi kaku)
    b. Osteomyelitis (radang sumsum tulang karena bakteri)
    c. Poliomyelitis (infeksi virus yang menyebabkan kelumpuhan)
    d. Still’s disease (radang tulang yang menyebabkan kerusakan permanen)

4. Kondisi atau kerusakan traumatik
    a. Amputasi
    b. Kecelakaan akibat luka bakar
    c. Patah tulang

5. Tumor
    a. Oxostosis (tumor tulang)
    b. Osteosis fibrosa cystica (kista /kantang yang berisi cairan dlm tulang)

6. Flatfeet (telapak kaki yang rata, tidak berteluk)

7. Scilosis (tulang belakang yang berputar, bahu &paha yang miring)

8. Perthes’ disease (sendi paha yang rusak atau mengalami kelainan)

9. Kyphosis (bagian belakang sumsum tulang belakang yang cekung)

10. Lordosis (bagian muka sumsum tulang belakang yang cekung)